Minggu, 26 Januari 2014

Perspektif Pesta Demokrasi pemilu andonesia tahun 2014

NAMA         : SAMSINAR
KELAS          : PGMI 4
JUDUL         : perspektif Pesta Demokrasi pemilu andonesia tahun 2014

A.    Judul
NAMA         : SAMSINAR
KELAS          : PGMI 4
JUDUL         : perspektif Pesta Demokrasi pemilu andonesia tahun 2014

A.    Judul
Perspektif Pesta Demokrasi pemilu indonesia tahun 2014
B.     Latar belakang
Demokrasi adalah kebebasan. Demikian halnya ada yang mengartikan demokrasi adalah perbedaan pendapat. Dmokrai adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu wujud demokrai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah penyaluran hak suara dalam suatu pemilihan. Pesta demokrasi 2014 khususnya pemilu yang akan di laksanakan pada bulan juli. Tak ayal lagi disebut sebagai tahun politik bagi bangsa indonesia. Pesta demokrasi 2014 bukanlah hal yang sepeleh, jika salah mencoblos akan berakibat tidak baik kedepannya. Memilih presiden dan wakil presiden sebagai suatu kewajiban sebagai negara yang mengklaim demokrasi.
Dari semua persoalan bangsa yang menandai kemajuan dan atau kemunduran adalah Kehidupan berdemokrasi Politik. Pada dekade ini bangsa Indonesia secara perlahan-lahan mengalami kemunduran yang salah satu penyebabnya adalah Pendidikan Politik yang tidak mencerminkan sebuah Demokrasi yang mandiri, adil dan sejahtera. Hal ini jelas terlihat dan dapat dirasakan melalui pesta Demokrasi untuk menentukan para pemimpin bangsa melalui hak politik masyarakat. Sejak tahun 2004, Indonesia menganut sistem Demokrasi Politik yang LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) serta JURDIL (Jujur dan Adil). Tetapi pada kenyataannya sistem ini merupakan slogan yang belum seutuhnya diterapkan. Toh masih juga terdapat ketidakadilan, penipuan dan kekejaman. Lagi-lagi masyarakat yang menjadi korban. Benarlah apa yang dikatakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa keadilan itu hanyalah milik para kapitalis, penguasa, bukan milik rakyat kecil.
C.    Pembahasan
Indonesia dengan latar belakang suku bangsa yang kaya, justru akan menjadi lebih efektif dan akan menjadi lebih otonom jika masing masing orang ini dihargai sebagai individual, dan bukan secara kolektif di pandang (atau di hargai). Hal ini menjadi pertimbangan besar karena kerentanan atensi yang sangat beragam bisa menimbulkan aspirasi yang tidak bulat. Menurut saya sendiri, demokrasi masih bisa bertahan sampai sekarang, itu dikarenakan adanya efek konformis dalam masyarakat Indonesia yang sangat kuat (Aronson, 2004). Tapi di sudut pandang lainnya, saya melihat ini sebagai belenggu tersendiri atas kreatifitas keragaman Indonesia untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan menjadi senjata utama untuk menurunkan otoritas pemerintah (karena konformis akan selalu mengelompok dalam jumlah yang besar untuk mencapai kepentingan yang diyakininya).
15 tahun lamanya demokrasi berada pada masa transisi, dan saatnya Pemilu 2014 mendatang kita akhiri masa transisi ini dengan memilih pemimpin yang amanah. meskipun prosedur itu dipraktekkan begitu masif, belum tentu kehidupan (substansi) demokrasi itu benar-benar mewujud. Apalagi jika pemilu itu disertai berbagai kecurangan atau manipulasi. Itulah sebabnya, banyak warga yang memilih “golput” dan memboikot pemilu yang berarti rakyat tidak sepenuhnya terlibat dalam pembentukan pemerintahan. Penekanan pada prosedur demokrasi yang kurang memperhatikan substansi demokrasi itu memunculkan beberapa bahaya seperti demokrasi palsu, politik uang (money politic), ketidakadilan, dan kapitalisme.
Harus ada pemimpin yang menggunakan pengaruhnya sekaligus memiliki kewenangan strategis untuk membawa perubahan itu, agar demokrasi tidak berlaru-larut dalam masa transisi. Oleh karenanya, dibutuhkan pemimpin yang mengerti keinginan rakyat dan bersedia memenuhinya. Hanya pemimpin amanah yang akan membawa kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia yang dibuktikan dari antara lain berkurangnya ekspor bahan mentah dan berkurangnya impor barang jadi yang keluar/masuk Indonesia. Indonesia memerlukan pemimpin yang negarawan, bukan politikus. “Ada perbedaan definisi antara negarawan dan politikus. Negarawan itu melihat masa depan bangsanya dalam kepentingan jangka panjang dalam satu generasi selama 20-30 tahun, sementara politikus hanya berpikir untuk 5 tahun
Indonesia adalah negara besar mempunyai beberapa ribu pulau mempunyai sumber daya manusia yg cukup, sumber daya alam yg melimpah semoga dengan adanya pesta demokrasi ini masyarakat bisa sejahta bukan penindasan yg meraja lelah dan pemerintah cuma duduk yg manis dikursi keluar negeri minta bantuan pada negara lain padahal dinegri sendiri banyak yang bisa di kelolah, sebagai pemimpin harus tegas bukan hanya kata maaf di mulutnya ketika ada ada ganguan dari negara lain, kemudian calek calek banyak  yang tidak jelas dan pengetahuanya sebatas bayangan semu sda, baik yg duduk di provinsi, pusat, sama saja kenapa demikian karena tidak kompotensi dari pemimpin yang tidak tegas memberikan sangsi pecat kemudian di penjarakan semumur hidup supaya orang merasa berpikir ktika mau kerupsi.
Menurut saya mengenai pesta demokrasi 2014, lebih baik dibanding sebelumnya karena indonesa sudah menuju kempat kalinya ini sepanjang terlengsernya orde baru kemudian yang di usung  jadi calon presiden jauh sebelumnya di uji kelayakannya mengenai visi dan misinya melalu berbaga pertimbangan, jadi intinya sebaga rakyat harus memilih secara cerdas untuk kelangsungan pemeritahan indonesia yang bersih dan yang jauh dari korupsi dan nepotisme dan berbagai macam persoalan mulai dari masalah bangsa yang teburuk di mata internasional, bagaimana supaya saatnya paradigma baru yg memimpin dan mudah mudahan indonesia kembali berjaya, sejahtera dan beradab adil dan makmur sesuai yang ada dalam sila pancasila.
Selain itu menurut asumsi Pribadi saya demokrasi di Indonesia cuma Ada pada teori dan definisi semata, secara praktis tidak terlihat. Kebijakan pemerintah banyak yang bertolak belakang dengan kepentingan rakyat. Untuk demokrasi 2014 republik ini butuh pemimpin yang negarawan, arif dan bijaksana serta memiliki solusi yang terbaik.
Demokrasi sudah wafat beberapa dekade terakhir, semua momentum pesta politik yng telah usai dan yang akan datang hanyalah panggung akrobat para pesohor republik yang tidak lagi memiliki nurani. Panggung demokrasi justru melahirkan antek2 penjilat yang kemudian eksistensinya hanyalah menyulap keamanan  negara menjadi genting bahkan dengan kaliber besar dan kekuatan tangguh mereka menjadi noda hitam dinegeri ini. Periode yang  akan datang  jika kita kembali menggubris SISTEM DEMORASI pada tataran kultur dan historinya "malah" akan menimbulkan tangisan pedih, karna pada realitasnya demokrasi indonesia telah tergadaikan oleh antek politik yg lari dari tanggung jawab dalm memegang kekuasaan dinegeri ini. "katanya pemilu akan dilaksanakan dengan konsep rakyat untuk rakyat" tetapi ulasan ini berbanding terbalik yakni dari kantong tebal untuk kekuasaan dan pada akhirnya kekuasaanlah yang memegang kendali adanya KORUPSI. kekuasaan telah melumat habis DEMOKRASI, bahkan yang ada untuk pesta demokrasi 2014 hanyalah muntahan Kotoran para elit yang seronok spekulasinya atau kebohongannya menyatakan dengan lantang demokrasi tetap ada di momentum ini.
Menurut Muhammad asdar kemudian soal TKI yang tidak pernah beres semoga dengan menjelangnya pesta demokrasi di 2014 ini melahirkan pemimpin yang bertangung jawab terhadap amanah yg dibebankan kepada pemimpin bangsa indonesia dan bisa membawa masyarakat keluar dari jeratan kemiskinan menciptakan lapangan pekerjan yang layak dan tidak direndahkan oleh bangsa lain contonya negara tetangga malaysia, selalu memperhatikan pendidikan pada khususnya mengingat menunjang tercapainya masarakat adil dan makmur menjadi bangsa yang tangguh dari berbagai hal tampa berlindung dibawak ketiak negara lain, mengingat sumber daya manusianya yag begitu banyak yang berpetensi kenapa bukan rakyat sendiri yang mengelolah sumber daya alam? kenapa mesti selalu berharap pada negara lain untuk mengelola sumber daya alam kita, yag tidak lama lagi jika dikuras trus pasti akan habis tanpa ada tersisa dinegara kita ini jadi kesimpulannya pililah calon persiden yang memang betul betul punya potensi yang berkualitas bukan kuantitas.
Sehingga saya menyarankan, bentuk negara yang paling relevan, seharusnya adalah Liberalisme terpimpin. Terpimpin disini, maksud saya adalah, bahwa masyarakat Indonesia yang terlalu lama dalam belenggu konformitas aspirasi ini, tidak serta merta dapat langsung di lepas untuk menjalani hidup sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya, sebaiknya masyarakat tetap dibina untuk dapat memberikan peran partisipatifnya dalam politik, maupun intensi nya terhadap politik.
Menurut udink, Bahwa demokrasi harus lebih sehat bebas dan rahasia dilihat dari segi peta politik bahwa terkadang arti demokrasi diselewengkan cuman karena kepentingan politik pribadi sehingga pudar tujuan demokrasi secara politik sampai mencederai sistem politik yang ada di indonesia
Pemilihan yang marak di masyarakat sekarang ini adalah penyaluran hak suara oleh rakyat pada pemilu/pemilukada. Semakin menarik ketika pemilukada yang sejatinya adalah hak konstitusional sebagai warga negara menjadi tercederai karena kemelut yang yang terjadi dalam pemilukada harus diselesaikan melalui mahkama konstitusi tetapi ternyata yang pemimpin ditangkap karena kasus suap pemilukada, padahal lembaga ini seharusnya menjadi garda terdepan dalam mnegakkan konstitusi dan demokrasi.
Sebagai pemilihan, pemilukada tentu berbeda dengan pemilihan –pemilihan lembaga. Menarik untuk membandingkan pemilukada dengan pemilu capres dan cawapres.
Demokrasi untuk memilih pemimpin secara politik tentu dilaksanakan secara politik juga yang memiliki cost politik dan konsekuensi politik, berbeda dengan pemilihan memilih pemimpin di dunia kampus tentu jauh dari ranah politik, tetapi di laksanakan secara akademis, sehingga konsekuensinya tentu tidak berbau politik.
Selain itu masalah politik diindonesia saat ini memang sangat buruk. Keterpurukan itu disebabkan karena politisi dinegara ini yang terlibat kasus korupsi. Merak lebih mementingkan keinginan pribadi di banding dengan masyarakat sendiri yang secara tidak langsung mereka telah melupaka tugasnya sebagai pejuang rakyat. Selain itu banyaknya parpol-parpol yang memilih selebritis sebagai anggota partainya. Dengan tujuan agar lebih banyak yang memilihnya karena kepopulerannya. Namun bukan itu yang di butuhkan akan tetapi kinerja yang optimal yang dapat membangun politik indonesia menjadi sangat baik. Dan alangkah lebih baiknya jika parpol memilih yang lebh baik yang berjalan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Sistem pemilu di indonesia memang sangat memprihatinkan, setiap kali akan diadakan pemilu para kandidat hanya mengandalkan uang agar dia dapat di pilih oleh rakyat. Hal yang seperti inilah sebenarnya harus di hindari. Sogok menyogok, yang menjadi andalan mereka. Politik dengan menggunakan pendekatan uang juga dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya. Memang politik uang membuat semua mempengaruhi turst, sehingga akan sulit mewujudkan politik yang bersih dari noda-noda para calon-calon itu sendiri.
D.    Kesimpulan/rekomendasi
Berbicara tentang demokrasi berarti pemeritahan dari rakyat dan untuk rakya, dengan adanya pesta demokrasi berarti melakukan pemilihan presiden maka dari itu jadilah pemilih yang cerdas dalam penentuan nasib bangsa yg lebih baik di banding sebelumnya tanpa ada interpensi dari pihak manapun dan harus percaya diri bahwa kalau buka kita sebagai generasi muda yg merubah tatanan pemerintahan siapa lagi.  Jadi bagai mana supaya efektif,  jujur, dan beribawa, tegas dalam mengambil suatu keputusan yg memang seharusny jangan karna ada sogokan sehingga yang salah di benarka sedangkan yang benar di salahkan dan bagusnya yang menjadi pemimpin di indonesia yang pro terhadap rakyak,siap membela rakyat apa pun itu, konsisten, dalam menjalangkan tugas , disiplin ilmunya terutama agama islamya tidak diragukan keberadaannya, mempunyai latar belakang yang cemerlang bukan abal abalan.
Sistem demokrasi indonesia harus ditegakkan dengan bebas tanpa ada sekat-sekat yg orgen untuk dijadikn polemik hingga terjadi perpecahan antara sesama rakyat indonesia.
B.     Latar belakang
Demokrasi adalah kebebasan. Demikian halnya ada yang mengartikan demokrasi adalah perbedaan pendapat. Dmokrai adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu wujud demokrai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah penyaluran hak suara dalam suatu pemilihan. Pesta demokrasi 2014 khususnya pemilu yang akan di laksanakan pada bulan juli. Tak ayal lagi disebut sebagai tahun politik bagi bangsa indonesia. Pesta demokrasi 2014 bukanlah hal yang sepeleh, jika salah mencoblos akan berakibat tidak baik kedepannya. Memilih presiden dan wakil presiden sebagai suatu kewajiban sebagai negara yang mengklaim demokrasi.
Dari semua persoalan bangsa yang menandai kemajuan dan atau kemunduran adalah Kehidupan berdemokrasi Politik. Pada dekade ini bangsa Indonesia secara perlahan-lahan mengalami kemunduran yang salah satu penyebabnya adalah Pendidikan Politik yang tidak mencerminkan sebuah Demokrasi yang mandiri, adil dan sejahtera. Hal ini jelas terlihat dan dapat dirasakan melalui pesta Demokrasi untuk menentukan para pemimpin bangsa melalui hak politik masyarakat. Sejak tahun 2004, Indonesia menganut sistem Demokrasi Politik yang LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) serta JURDIL (Jujur dan Adil). Tetapi pada kenyataannya sistem ini merupakan slogan yang belum seutuhnya diterapkan. Toh masih juga terdapat ketidakadilan, penipuan dan kekejaman. Lagi-lagi masyarakat yang menjadi korban. Benarlah apa yang dikatakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa keadilan itu hanyalah milik para kapitalis, penguasa, bukan milik rakyat kecil.
C.    Pembahasan
Indonesia dengan latar belakang suku bangsa yang kaya, justru akan menjadi lebih efektif dan akan menjadi lebih otonom jika masing masing orang ini dihargai sebagai individual, dan bukan secara kolektif di pandang (atau di hargai). Hal ini menjadi pertimbangan besar karena kerentanan atensi yang sangat beragam bisa menimbulkan aspirasi yang tidak bulat. Menurut saya sendiri, demokrasi masih bisa bertahan sampai sekarang, itu dikarenakan adanya efek konformis dalam masyarakat Indonesia yang sangat kuat (Aronson, 2004). Tapi di sudut pandang lainnya, saya melihat ini sebagai belenggu tersendiri atas kreatifitas keragaman Indonesia untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan menjadi senjata utama untuk menurunkan otoritas pemerintah (karena konformis akan selalu mengelompok dalam jumlah yang besar untuk mencapai kepentingan yang diyakininya).
15 tahun lamanya demokrasi berada pada masa transisi, dan saatnya Pemilu 2014 mendatang kita akhiri masa transisi ini dengan memilih pemimpin yang amanah. meskipun prosedur itu dipraktekkan begitu masif, belum tentu kehidupan (substansi) demokrasi itu benar-benar mewujud. Apalagi jika pemilu itu disertai berbagai kecurangan atau manipulasi. Itulah sebabnya, banyak warga yang memilih “golput” dan memboikot pemilu yang berarti rakyat tidak sepenuhnya terlibat dalam pembentukan pemerintahan. Penekanan pada prosedur demokrasi yang kurang memperhatikan substansi demokrasi itu memunculkan beberapa bahaya seperti demokrasi palsu, politik uang (money politic), ketidakadilan, dan kapitalisme.
Harus ada pemimpin yang menggunakan pengaruhnya sekaligus memiliki kewenangan strategis untuk membawa perubahan itu, agar demokrasi tidak berlaru-larut dalam masa transisi. Oleh karenanya, dibutuhkan pemimpin yang mengerti keinginan rakyat dan bersedia memenuhinya. Hanya pemimpin amanah yang akan membawa kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia yang dibuktikan dari antara lain berkurangnya ekspor bahan mentah dan berkurangnya impor barang jadi yang keluar/masuk Indonesia. Indonesia memerlukan pemimpin yang negarawan, bukan politikus. “Ada perbedaan definisi antara negarawan dan politikus. Negarawan itu melihat masa depan bangsanya dalam kepentingan jangka panjang dalam satu generasi selama 20-30 tahun, sementara politikus hanya berpikir untuk 5 tahun
Indonesia adalah negara besar mempunyai beberapa ribu pulau mempunyai sumber daya manusia yg cukup, sumber daya alam yg melimpah semoga dengan adanya pesta demokrasi ini masyarakat bisa sejahta bukan penindasan yg meraja lelah dan pemerintah cuma duduk yg manis dikursi keluar negeri minta bantuan pada negara lain padahal dinegri sendiri banyak yang bisa di kelolah, sebagai pemimpin harus tegas bukan hanya kata maaf di mulutnya ketika ada ada ganguan dari negara lain, kemudian calek calek banyak  yang tidak jelas dan pengetahuanya sebatas bayangan semu sda, baik yg duduk di provinsi, pusat, sama saja kenapa demikian karena tidak kompotensi dari pemimpin yang tidak tegas memberikan sangsi pecat kemudian di penjarakan semumur hidup supaya orang merasa berpikir ktika mau kerupsi.
Menurut saya mengenai pesta demokrasi 2014, lebih baik dibanding sebelumnya karena indonesa sudah menuju kempat kalinya ini sepanjang terlengsernya orde baru kemudian yang di usung  jadi calon presiden jauh sebelumnya di uji kelayakannya mengenai visi dan misinya melalu berbaga pertimbangan, jadi intinya sebaga rakyat harus memilih secara cerdas untuk kelangsungan pemeritahan indonesia yang bersih dan yang jauh dari korupsi dan nepotisme dan berbagai macam persoalan mulai dari masalah bangsa yang teburuk di mata internasional, bagaimana supaya saatnya paradigma baru yg memimpin dan mudah mudahan indonesia kembali berjaya, sejahtera dan beradab adil dan makmur sesuai yang ada dalam sila pancasila.
Selain itu menurut asumsi Pribadi saya demokrasi di Indonesia cuma Ada pada teori dan definisi semata, secara praktis tidak terlihat. Kebijakan pemerintah banyak yang bertolak belakang dengan kepentingan rakyat. Untuk demokrasi 2014 republik ini butuh pemimpin yang negarawan, arif dan bijaksana serta memiliki solusi yang terbaik.
Demokrasi sudah wafat beberapa dekade terakhir, semua momentum pesta politik yng telah usai dan yang akan datang hanyalah panggung akrobat para pesohor republik yang tidak lagi memiliki nurani. Panggung demokrasi justru melahirkan antek2 penjilat yang kemudian eksistensinya hanyalah menyulap keamanan  negara menjadi genting bahkan dengan kaliber besar dan kekuatan tangguh mereka menjadi noda hitam dinegeri ini. Periode yang  akan datang  jika kita kembali menggubris SISTEM DEMORASI pada tataran kultur dan historinya "malah" akan menimbulkan tangisan pedih, karna pada realitasnya demokrasi indonesia telah tergadaikan oleh antek politik yg lari dari tanggung jawab dalm memegang kekuasaan dinegeri ini. "katanya pemilu akan dilaksanakan dengan konsep rakyat untuk rakyat" tetapi ulasan ini berbanding terbalik yakni dari kantong tebal untuk kekuasaan dan pada akhirnya kekuasaanlah yang memegang kendali adanya KORUPSI. kekuasaan telah melumat habis DEMOKRASI, bahkan yang ada untuk pesta demokrasi 2014 hanyalah muntahan Kotoran para elit yang seronok spekulasinya atau kebohongannya menyatakan dengan lantang demokrasi tetap ada di momentum ini.
Menurut Muhammad asdar kemudian soal TKI yang tidak pernah beres semoga dengan menjelangnya pesta demokrasi di 2014 ini melahirkan pemimpin yang bertangung jawab terhadap amanah yg dibebankan kepada pemimpin bangsa indonesia dan bisa membawa masyarakat keluar dari jeratan kemiskinan menciptakan lapangan pekerjan yang layak dan tidak direndahkan oleh bangsa lain contonya negara tetangga malaysia, selalu memperhatikan pendidikan pada khususnya mengingat menunjang tercapainya masarakat adil dan makmur menjadi bangsa yang tangguh dari berbagai hal tampa berlindung dibawak ketiak negara lain, mengingat sumber daya manusianya yag begitu banyak yang berpetensi kenapa bukan rakyat sendiri yang mengelolah sumber daya alam? kenapa mesti selalu berharap pada negara lain untuk mengelola sumber daya alam kita, yag tidak lama lagi jika dikuras trus pasti akan habis tanpa ada tersisa dinegara kita ini jadi kesimpulannya pililah calon persiden yang memang betul betul punya potensi yang berkualitas bukan kuantitas.
Sehingga saya menyarankan, bentuk negara yang paling relevan, seharusnya adalah Liberalisme terpimpin. Terpimpin disini, maksud saya adalah, bahwa masyarakat Indonesia yang terlalu lama dalam belenggu konformitas aspirasi ini, tidak serta merta dapat langsung di lepas untuk menjalani hidup sendiri. Sehingga dalam pelaksanaannya, sebaiknya masyarakat tetap dibina untuk dapat memberikan peran partisipatifnya dalam politik, maupun intensi nya terhadap politik.
Menurut udink, Bahwa demokrasi harus lebih sehat bebas dan rahasia dilihat dari segi peta politik bahwa terkadang arti demokrasi diselewengkan cuman karena kepentingan politik pribadi sehingga pudar tujuan demokrasi secara politik sampai mencederai sistem politik yang ada di indonesia
Pemilihan yang marak di masyarakat sekarang ini adalah penyaluran hak suara oleh rakyat pada pemilu/pemilukada. Semakin menarik ketika pemilukada yang sejatinya adalah hak konstitusional sebagai warga negara menjadi tercederai karena kemelut yang yang terjadi dalam pemilukada harus diselesaikan melalui mahkama konstitusi tetapi ternyata yang pemimpin ditangkap karena kasus suap pemilukada, padahal lembaga ini seharusnya menjadi garda terdepan dalam mnegakkan konstitusi dan demokrasi.
Sebagai pemilihan, pemilukada tentu berbeda dengan pemilihan –pemilihan lembaga. Menarik untuk membandingkan pemilukada dengan pemilu capres dan cawapres.
Demokrasi untuk memilih pemimpin secara politik tentu dilaksanakan secara politik juga yang memiliki cost politik dan konsekuensi politik, berbeda dengan pemilihan memilih pemimpin di dunia kampus tentu jauh dari ranah politik, tetapi di laksanakan secara akademis, sehingga konsekuensinya tentu tidak berbau politik.
Selain itu masalah politik diindonesia saat ini memang sangat buruk. Keterpurukan itu disebabkan karena politisi dinegara ini yang terlibat kasus korupsi. Merak lebih mementingkan keinginan pribadi di banding dengan masyarakat sendiri yang secara tidak langsung mereka telah melupaka tugasnya sebagai pejuang rakyat. Selain itu banyaknya parpol-parpol yang memilih selebritis sebagai anggota partainya. Dengan tujuan agar lebih banyak yang memilihnya karena kepopulerannya. Namun bukan itu yang di butuhkan akan tetapi kinerja yang optimal yang dapat membangun politik indonesia menjadi sangat baik. Dan alangkah lebih baiknya jika parpol memilih yang lebh baik yang berjalan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Sistem pemilu di indonesia memang sangat memprihatinkan, setiap kali akan diadakan pemilu para kandidat hanya mengandalkan uang agar dia dapat di pilih oleh rakyat. Hal yang seperti inilah sebenarnya harus di hindari. Sogok menyogok, yang menjadi andalan mereka. Politik dengan menggunakan pendekatan uang juga dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya. Memang politik uang membuat semua mempengaruhi turst, sehingga akan sulit mewujudkan politik yang bersih dari noda-noda para calon-calon itu sendiri.
D.    Kesimpulan/rekomendasi
Berbicara tentang demokrasi berarti pemeritahan dari rakyat dan untuk rakya, dengan adanya pesta demokrasi berarti melakukan pemilihan presiden maka dari itu jadilah pemilih yang cerdas dalam penentuan nasib bangsa yg lebih baik di banding sebelumnya tanpa ada interpensi dari pihak manapun dan harus percaya diri bahwa kalau buka kita sebagai generasi muda yg merubah tatanan pemerintahan siapa lagi.  Jadi bagai mana supaya efektif,  jujur, dan beribawa, tegas dalam mengambil suatu keputusan yg memang seharusny jangan karna ada sogokan sehingga yang salah di benarka sedangkan yang benar di salahkan dan bagusnya yang menjadi pemimpin di indonesia yang pro terhadap rakyak,siap membela rakyat apa pun itu, konsisten, dalam menjalangkan tugas , disiplin ilmunya terutama agama islamya tidak diragukan keberadaannya, mempunyai latar belakang yang cemerlang bukan abal abalan.
Sistem demokrasi indonesia harus ditegakkan dengan bebas tanpa ada sekat-sekat yg orgen untuk dijadikn polemik hingga terjadi perpecahan antara sesama rakyat indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar