NAMA : SAMSINAR
KELAS : PGMI 4
JUDUL : perspektif Pesta Demokrasi pemilu
andonesia tahun 2014
A.
Judul
NAMA : SAMSINAR
KELAS : PGMI 4
JUDUL : perspektif Pesta Demokrasi pemilu
andonesia tahun 2014
A.
Judul
Perspektif
Pesta Demokrasi pemilu indonesia tahun 2014
B.
Latar
belakang
Demokrasi
adalah kebebasan. Demikian halnya ada yang mengartikan demokrasi adalah perbedaan
pendapat. Dmokrai adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu
wujud demokrai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah penyaluran hak
suara dalam suatu pemilihan. Pesta demokrasi 2014 khususnya pemilu yang akan di
laksanakan pada bulan juli. Tak ayal lagi disebut sebagai tahun politik bagi
bangsa indonesia. Pesta demokrasi 2014 bukanlah hal yang sepeleh, jika salah
mencoblos akan berakibat tidak baik kedepannya. Memilih presiden dan wakil
presiden sebagai suatu kewajiban sebagai negara yang mengklaim demokrasi.
Dari
semua persoalan bangsa yang menandai kemajuan dan atau kemunduran adalah
Kehidupan berdemokrasi Politik. Pada dekade ini bangsa Indonesia secara
perlahan-lahan mengalami kemunduran yang salah satu penyebabnya adalah
Pendidikan Politik yang tidak mencerminkan sebuah Demokrasi yang mandiri, adil
dan sejahtera. Hal ini jelas terlihat dan dapat dirasakan melalui pesta
Demokrasi untuk menentukan para pemimpin bangsa melalui hak politik masyarakat.
Sejak tahun 2004, Indonesia menganut sistem Demokrasi Politik yang LUBER
(Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) serta JURDIL (Jujur dan Adil). Tetapi pada
kenyataannya sistem ini merupakan slogan yang belum seutuhnya diterapkan. Toh
masih juga terdapat ketidakadilan, penipuan dan kekejaman. Lagi-lagi masyarakat
yang menjadi korban. Benarlah apa yang dikatakan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia bahwa keadilan itu hanyalah milik para kapitalis, penguasa, bukan
milik rakyat kecil.
C.
Pembahasan
Indonesia
dengan latar belakang suku bangsa yang kaya, justru akan menjadi lebih efektif
dan akan menjadi lebih otonom jika masing masing orang ini dihargai sebagai
individual, dan bukan secara kolektif di pandang (atau di hargai). Hal ini
menjadi pertimbangan besar karena kerentanan atensi yang sangat beragam bisa
menimbulkan aspirasi yang tidak bulat. Menurut saya sendiri, demokrasi masih
bisa bertahan sampai sekarang, itu dikarenakan adanya efek konformis dalam
masyarakat Indonesia yang sangat kuat (Aronson, 2004). Tapi di sudut pandang
lainnya, saya melihat ini sebagai belenggu tersendiri atas kreatifitas
keragaman Indonesia untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan menjadi senjata utama
untuk menurunkan otoritas pemerintah (karena konformis akan selalu mengelompok
dalam jumlah yang besar untuk mencapai kepentingan yang diyakininya).
15
tahun lamanya demokrasi berada pada masa transisi, dan saatnya Pemilu 2014
mendatang kita akhiri masa transisi ini dengan memilih pemimpin yang amanah.
meskipun prosedur itu dipraktekkan begitu masif, belum tentu kehidupan
(substansi) demokrasi itu benar-benar mewujud. Apalagi jika pemilu itu disertai
berbagai kecurangan atau manipulasi. Itulah sebabnya, banyak warga yang memilih
“golput” dan memboikot pemilu yang berarti rakyat tidak sepenuhnya terlibat
dalam pembentukan pemerintahan. Penekanan pada prosedur demokrasi yang kurang
memperhatikan substansi demokrasi itu memunculkan beberapa bahaya seperti
demokrasi palsu, politik uang (money politic), ketidakadilan, dan kapitalisme.
Harus
ada pemimpin yang menggunakan pengaruhnya sekaligus memiliki kewenangan
strategis untuk membawa perubahan itu, agar demokrasi tidak berlaru-larut dalam
masa transisi. Oleh karenanya, dibutuhkan pemimpin yang mengerti keinginan
rakyat dan bersedia memenuhinya. Hanya pemimpin amanah yang akan membawa
kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia yang dibuktikan dari antara lain
berkurangnya ekspor bahan mentah dan berkurangnya impor barang jadi yang
keluar/masuk Indonesia. Indonesia memerlukan pemimpin yang negarawan, bukan
politikus. “Ada perbedaan definisi antara negarawan dan politikus. Negarawan
itu melihat masa depan bangsanya dalam kepentingan jangka panjang dalam satu
generasi selama 20-30 tahun, sementara politikus hanya berpikir untuk 5 tahun
Indonesia
adalah negara besar mempunyai beberapa ribu pulau mempunyai sumber daya manusia
yg cukup, sumber daya alam yg melimpah semoga dengan adanya pesta demokrasi ini
masyarakat bisa sejahta bukan penindasan yg meraja lelah dan pemerintah cuma
duduk yg manis dikursi keluar negeri minta bantuan pada negara lain padahal
dinegri sendiri banyak yang bisa di kelolah, sebagai pemimpin harus tegas bukan
hanya kata maaf di mulutnya ketika ada ada ganguan dari negara lain, kemudian
calek calek banyak yang tidak jelas dan
pengetahuanya sebatas bayangan semu sda, baik yg duduk di provinsi, pusat, sama
saja kenapa demikian karena tidak kompotensi dari pemimpin yang tidak tegas
memberikan sangsi pecat kemudian di penjarakan semumur hidup supaya orang
merasa berpikir ktika mau kerupsi.
Menurut
saya mengenai pesta demokrasi 2014, lebih baik dibanding sebelumnya karena
indonesa sudah menuju kempat kalinya ini sepanjang terlengsernya orde baru
kemudian yang di usung jadi calon
presiden jauh sebelumnya di uji kelayakannya mengenai visi dan misinya melalu
berbaga pertimbangan, jadi intinya sebaga rakyat harus memilih secara cerdas
untuk kelangsungan pemeritahan indonesia yang bersih dan yang jauh dari korupsi
dan nepotisme dan berbagai macam persoalan mulai dari masalah bangsa yang
teburuk di mata internasional, bagaimana supaya saatnya paradigma baru yg
memimpin dan mudah mudahan indonesia kembali berjaya, sejahtera dan beradab
adil dan makmur sesuai yang ada dalam sila pancasila.
Selain
itu menurut asumsi Pribadi saya demokrasi di Indonesia cuma Ada pada teori dan
definisi semata, secara praktis tidak terlihat. Kebijakan pemerintah banyak yang
bertolak belakang dengan kepentingan rakyat. Untuk demokrasi 2014 republik ini
butuh pemimpin yang negarawan, arif dan bijaksana serta memiliki solusi yang
terbaik.
Demokrasi
sudah wafat beberapa dekade terakhir, semua momentum pesta politik yng telah
usai dan yang akan datang hanyalah panggung akrobat para pesohor republik yang
tidak lagi memiliki nurani. Panggung demokrasi justru melahirkan antek2
penjilat yang kemudian eksistensinya hanyalah menyulap keamanan negara menjadi genting bahkan dengan kaliber
besar dan kekuatan tangguh mereka menjadi noda hitam dinegeri ini. Periode
yang akan datang jika kita kembali menggubris SISTEM DEMORASI
pada tataran kultur dan historinya "malah" akan menimbulkan tangisan
pedih, karna pada realitasnya demokrasi indonesia telah tergadaikan oleh antek
politik yg lari dari tanggung jawab dalm memegang kekuasaan dinegeri ini.
"katanya pemilu akan dilaksanakan dengan konsep rakyat untuk rakyat"
tetapi ulasan ini berbanding terbalik yakni dari kantong tebal untuk kekuasaan
dan pada akhirnya kekuasaanlah yang memegang kendali adanya KORUPSI. kekuasaan
telah melumat habis DEMOKRASI, bahkan yang ada untuk pesta demokrasi 2014
hanyalah muntahan Kotoran para elit yang seronok spekulasinya atau
kebohongannya menyatakan dengan lantang demokrasi tetap ada di momentum ini.
Menurut
Muhammad asdar kemudian soal TKI yang tidak pernah beres semoga dengan
menjelangnya pesta demokrasi di 2014 ini melahirkan pemimpin yang bertangung
jawab terhadap amanah yg dibebankan kepada pemimpin bangsa indonesia dan bisa
membawa masyarakat keluar dari jeratan kemiskinan menciptakan lapangan pekerjan
yang layak dan tidak direndahkan oleh bangsa lain contonya negara tetangga
malaysia, selalu memperhatikan pendidikan pada khususnya mengingat menunjang
tercapainya masarakat adil dan makmur menjadi bangsa yang tangguh dari berbagai
hal tampa berlindung dibawak ketiak negara lain, mengingat sumber daya
manusianya yag begitu banyak yang berpetensi kenapa bukan rakyat sendiri yang
mengelolah sumber daya alam? kenapa mesti selalu berharap pada negara lain
untuk mengelola sumber daya alam kita, yag tidak lama lagi jika dikuras trus
pasti akan habis tanpa ada tersisa dinegara kita ini jadi kesimpulannya pililah
calon persiden yang memang betul betul punya potensi yang berkualitas bukan
kuantitas.
Sehingga
saya menyarankan, bentuk negara yang paling relevan, seharusnya adalah
Liberalisme terpimpin. Terpimpin disini, maksud saya adalah, bahwa masyarakat
Indonesia yang terlalu lama dalam belenggu konformitas aspirasi ini, tidak
serta merta dapat langsung di lepas untuk menjalani hidup sendiri. Sehingga
dalam pelaksanaannya, sebaiknya masyarakat tetap dibina untuk dapat memberikan
peran partisipatifnya dalam politik, maupun intensi nya terhadap politik.
Menurut
udink, Bahwa
demokrasi harus lebih sehat bebas dan rahasia dilihat dari segi peta politik
bahwa terkadang arti demokrasi diselewengkan cuman karena kepentingan politik pribadi
sehingga pudar tujuan demokrasi secara politik sampai mencederai sistem politik
yang ada di indonesia
Pemilihan
yang marak di masyarakat sekarang ini adalah penyaluran hak suara oleh rakyat
pada pemilu/pemilukada. Semakin menarik ketika pemilukada yang sejatinya adalah
hak konstitusional sebagai warga negara menjadi tercederai karena kemelut yang
yang terjadi dalam pemilukada harus diselesaikan melalui mahkama konstitusi
tetapi ternyata yang pemimpin ditangkap karena kasus suap pemilukada, padahal
lembaga ini seharusnya menjadi garda terdepan dalam mnegakkan konstitusi dan
demokrasi.
Sebagai
pemilihan, pemilukada tentu berbeda dengan pemilihan –pemilihan lembaga.
Menarik untuk membandingkan pemilukada dengan pemilu capres dan cawapres.
Demokrasi
untuk memilih pemimpin secara politik tentu dilaksanakan secara politik juga
yang memiliki cost politik dan konsekuensi politik, berbeda dengan pemilihan
memilih pemimpin di dunia kampus tentu jauh dari ranah politik, tetapi di
laksanakan secara akademis, sehingga konsekuensinya tentu tidak berbau politik.
Selain
itu masalah politik diindonesia saat ini memang sangat buruk. Keterpurukan itu
disebabkan karena politisi dinegara ini yang terlibat kasus korupsi. Merak
lebih mementingkan keinginan pribadi di banding dengan masyarakat sendiri yang
secara tidak langsung mereka telah melupaka tugasnya sebagai pejuang rakyat.
Selain itu banyaknya parpol-parpol yang memilih selebritis sebagai anggota
partainya. Dengan tujuan agar lebih banyak yang memilihnya karena kepopulerannya.
Namun bukan itu yang di butuhkan akan tetapi kinerja yang optimal yang dapat
membangun politik indonesia menjadi sangat baik. Dan alangkah lebih baiknya
jika parpol memilih yang lebh baik yang berjalan sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
Sistem
pemilu di indonesia memang sangat memprihatinkan, setiap kali akan diadakan
pemilu para kandidat hanya mengandalkan uang agar dia dapat di pilih oleh
rakyat. Hal yang seperti inilah sebenarnya harus di hindari. Sogok menyogok,
yang menjadi andalan mereka. Politik dengan menggunakan pendekatan uang juga
dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih
mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya.
Memang politik uang membuat semua mempengaruhi turst, sehingga akan sulit
mewujudkan politik yang bersih dari noda-noda para calon-calon itu sendiri.
D.
Kesimpulan/rekomendasi
Berbicara
tentang demokrasi berarti pemeritahan dari rakyat dan untuk rakya, dengan
adanya pesta demokrasi berarti melakukan pemilihan presiden maka dari itu
jadilah pemilih yang cerdas dalam penentuan nasib bangsa yg lebih baik di
banding sebelumnya tanpa ada interpensi dari pihak manapun dan harus percaya
diri bahwa kalau buka kita sebagai generasi muda yg merubah tatanan
pemerintahan siapa lagi. Jadi bagai mana
supaya efektif, jujur, dan beribawa,
tegas dalam mengambil suatu keputusan yg memang seharusny jangan karna ada
sogokan sehingga yang salah di benarka sedangkan yang benar di salahkan dan
bagusnya yang menjadi pemimpin di indonesia yang pro terhadap rakyak,siap
membela rakyat apa pun itu, konsisten, dalam menjalangkan tugas , disiplin
ilmunya terutama agama islamya tidak diragukan keberadaannya, mempunyai latar
belakang yang cemerlang bukan abal abalan.
Sistem
demokrasi indonesia harus ditegakkan dengan bebas tanpa ada sekat-sekat yg
orgen untuk dijadikn polemik hingga terjadi perpecahan antara sesama rakyat
indonesia.
B.
Latar
belakang
Demokrasi
adalah kebebasan. Demikian halnya ada yang mengartikan demokrasi adalah perbedaan
pendapat. Dmokrai adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Salah satu
wujud demokrai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah penyaluran hak
suara dalam suatu pemilihan. Pesta demokrasi 2014 khususnya pemilu yang akan di
laksanakan pada bulan juli. Tak ayal lagi disebut sebagai tahun politik bagi
bangsa indonesia. Pesta demokrasi 2014 bukanlah hal yang sepeleh, jika salah
mencoblos akan berakibat tidak baik kedepannya. Memilih presiden dan wakil
presiden sebagai suatu kewajiban sebagai negara yang mengklaim demokrasi.
Dari
semua persoalan bangsa yang menandai kemajuan dan atau kemunduran adalah
Kehidupan berdemokrasi Politik. Pada dekade ini bangsa Indonesia secara
perlahan-lahan mengalami kemunduran yang salah satu penyebabnya adalah
Pendidikan Politik yang tidak mencerminkan sebuah Demokrasi yang mandiri, adil
dan sejahtera. Hal ini jelas terlihat dan dapat dirasakan melalui pesta
Demokrasi untuk menentukan para pemimpin bangsa melalui hak politik masyarakat.
Sejak tahun 2004, Indonesia menganut sistem Demokrasi Politik yang LUBER
(Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) serta JURDIL (Jujur dan Adil). Tetapi pada
kenyataannya sistem ini merupakan slogan yang belum seutuhnya diterapkan. Toh
masih juga terdapat ketidakadilan, penipuan dan kekejaman. Lagi-lagi masyarakat
yang menjadi korban. Benarlah apa yang dikatakan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia bahwa keadilan itu hanyalah milik para kapitalis, penguasa, bukan
milik rakyat kecil.
C.
Pembahasan
Indonesia
dengan latar belakang suku bangsa yang kaya, justru akan menjadi lebih efektif
dan akan menjadi lebih otonom jika masing masing orang ini dihargai sebagai
individual, dan bukan secara kolektif di pandang (atau di hargai). Hal ini
menjadi pertimbangan besar karena kerentanan atensi yang sangat beragam bisa
menimbulkan aspirasi yang tidak bulat. Menurut saya sendiri, demokrasi masih
bisa bertahan sampai sekarang, itu dikarenakan adanya efek konformis dalam
masyarakat Indonesia yang sangat kuat (Aronson, 2004). Tapi di sudut pandang
lainnya, saya melihat ini sebagai belenggu tersendiri atas kreatifitas
keragaman Indonesia untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan menjadi senjata utama
untuk menurunkan otoritas pemerintah (karena konformis akan selalu mengelompok
dalam jumlah yang besar untuk mencapai kepentingan yang diyakininya).
15
tahun lamanya demokrasi berada pada masa transisi, dan saatnya Pemilu 2014
mendatang kita akhiri masa transisi ini dengan memilih pemimpin yang amanah.
meskipun prosedur itu dipraktekkan begitu masif, belum tentu kehidupan
(substansi) demokrasi itu benar-benar mewujud. Apalagi jika pemilu itu disertai
berbagai kecurangan atau manipulasi. Itulah sebabnya, banyak warga yang memilih
“golput” dan memboikot pemilu yang berarti rakyat tidak sepenuhnya terlibat
dalam pembentukan pemerintahan. Penekanan pada prosedur demokrasi yang kurang
memperhatikan substansi demokrasi itu memunculkan beberapa bahaya seperti
demokrasi palsu, politik uang (money politic), ketidakadilan, dan kapitalisme.
Harus
ada pemimpin yang menggunakan pengaruhnya sekaligus memiliki kewenangan
strategis untuk membawa perubahan itu, agar demokrasi tidak berlaru-larut dalam
masa transisi. Oleh karenanya, dibutuhkan pemimpin yang mengerti keinginan
rakyat dan bersedia memenuhinya. Hanya pemimpin amanah yang akan membawa
kemajuan bagi bangsa dan negara Indonesia yang dibuktikan dari antara lain
berkurangnya ekspor bahan mentah dan berkurangnya impor barang jadi yang
keluar/masuk Indonesia. Indonesia memerlukan pemimpin yang negarawan, bukan
politikus. “Ada perbedaan definisi antara negarawan dan politikus. Negarawan
itu melihat masa depan bangsanya dalam kepentingan jangka panjang dalam satu
generasi selama 20-30 tahun, sementara politikus hanya berpikir untuk 5 tahun
Indonesia
adalah negara besar mempunyai beberapa ribu pulau mempunyai sumber daya manusia
yg cukup, sumber daya alam yg melimpah semoga dengan adanya pesta demokrasi ini
masyarakat bisa sejahta bukan penindasan yg meraja lelah dan pemerintah cuma
duduk yg manis dikursi keluar negeri minta bantuan pada negara lain padahal
dinegri sendiri banyak yang bisa di kelolah, sebagai pemimpin harus tegas bukan
hanya kata maaf di mulutnya ketika ada ada ganguan dari negara lain, kemudian
calek calek banyak yang tidak jelas dan
pengetahuanya sebatas bayangan semu sda, baik yg duduk di provinsi, pusat, sama
saja kenapa demikian karena tidak kompotensi dari pemimpin yang tidak tegas
memberikan sangsi pecat kemudian di penjarakan semumur hidup supaya orang
merasa berpikir ktika mau kerupsi.
Menurut
saya mengenai pesta demokrasi 2014, lebih baik dibanding sebelumnya karena
indonesa sudah menuju kempat kalinya ini sepanjang terlengsernya orde baru
kemudian yang di usung jadi calon
presiden jauh sebelumnya di uji kelayakannya mengenai visi dan misinya melalu
berbaga pertimbangan, jadi intinya sebaga rakyat harus memilih secara cerdas
untuk kelangsungan pemeritahan indonesia yang bersih dan yang jauh dari korupsi
dan nepotisme dan berbagai macam persoalan mulai dari masalah bangsa yang
teburuk di mata internasional, bagaimana supaya saatnya paradigma baru yg
memimpin dan mudah mudahan indonesia kembali berjaya, sejahtera dan beradab
adil dan makmur sesuai yang ada dalam sila pancasila.
Selain
itu menurut asumsi Pribadi saya demokrasi di Indonesia cuma Ada pada teori dan
definisi semata, secara praktis tidak terlihat. Kebijakan pemerintah banyak yang
bertolak belakang dengan kepentingan rakyat. Untuk demokrasi 2014 republik ini
butuh pemimpin yang negarawan, arif dan bijaksana serta memiliki solusi yang
terbaik.
Demokrasi
sudah wafat beberapa dekade terakhir, semua momentum pesta politik yng telah
usai dan yang akan datang hanyalah panggung akrobat para pesohor republik yang
tidak lagi memiliki nurani. Panggung demokrasi justru melahirkan antek2
penjilat yang kemudian eksistensinya hanyalah menyulap keamanan negara menjadi genting bahkan dengan kaliber
besar dan kekuatan tangguh mereka menjadi noda hitam dinegeri ini. Periode
yang akan datang jika kita kembali menggubris SISTEM DEMORASI
pada tataran kultur dan historinya "malah" akan menimbulkan tangisan
pedih, karna pada realitasnya demokrasi indonesia telah tergadaikan oleh antek
politik yg lari dari tanggung jawab dalm memegang kekuasaan dinegeri ini.
"katanya pemilu akan dilaksanakan dengan konsep rakyat untuk rakyat"
tetapi ulasan ini berbanding terbalik yakni dari kantong tebal untuk kekuasaan
dan pada akhirnya kekuasaanlah yang memegang kendali adanya KORUPSI. kekuasaan
telah melumat habis DEMOKRASI, bahkan yang ada untuk pesta demokrasi 2014
hanyalah muntahan Kotoran para elit yang seronok spekulasinya atau
kebohongannya menyatakan dengan lantang demokrasi tetap ada di momentum ini.
Menurut
Muhammad asdar kemudian soal TKI yang tidak pernah beres semoga dengan
menjelangnya pesta demokrasi di 2014 ini melahirkan pemimpin yang bertangung
jawab terhadap amanah yg dibebankan kepada pemimpin bangsa indonesia dan bisa
membawa masyarakat keluar dari jeratan kemiskinan menciptakan lapangan pekerjan
yang layak dan tidak direndahkan oleh bangsa lain contonya negara tetangga
malaysia, selalu memperhatikan pendidikan pada khususnya mengingat menunjang
tercapainya masarakat adil dan makmur menjadi bangsa yang tangguh dari berbagai
hal tampa berlindung dibawak ketiak negara lain, mengingat sumber daya
manusianya yag begitu banyak yang berpetensi kenapa bukan rakyat sendiri yang
mengelolah sumber daya alam? kenapa mesti selalu berharap pada negara lain
untuk mengelola sumber daya alam kita, yag tidak lama lagi jika dikuras trus
pasti akan habis tanpa ada tersisa dinegara kita ini jadi kesimpulannya pililah
calon persiden yang memang betul betul punya potensi yang berkualitas bukan
kuantitas.
Sehingga
saya menyarankan, bentuk negara yang paling relevan, seharusnya adalah
Liberalisme terpimpin. Terpimpin disini, maksud saya adalah, bahwa masyarakat
Indonesia yang terlalu lama dalam belenggu konformitas aspirasi ini, tidak
serta merta dapat langsung di lepas untuk menjalani hidup sendiri. Sehingga
dalam pelaksanaannya, sebaiknya masyarakat tetap dibina untuk dapat memberikan
peran partisipatifnya dalam politik, maupun intensi nya terhadap politik.
Menurut
udink, Bahwa
demokrasi harus lebih sehat bebas dan rahasia dilihat dari segi peta politik
bahwa terkadang arti demokrasi diselewengkan cuman karena kepentingan politik pribadi
sehingga pudar tujuan demokrasi secara politik sampai mencederai sistem politik
yang ada di indonesia
Pemilihan
yang marak di masyarakat sekarang ini adalah penyaluran hak suara oleh rakyat
pada pemilu/pemilukada. Semakin menarik ketika pemilukada yang sejatinya adalah
hak konstitusional sebagai warga negara menjadi tercederai karena kemelut yang
yang terjadi dalam pemilukada harus diselesaikan melalui mahkama konstitusi
tetapi ternyata yang pemimpin ditangkap karena kasus suap pemilukada, padahal
lembaga ini seharusnya menjadi garda terdepan dalam mnegakkan konstitusi dan
demokrasi.
Sebagai
pemilihan, pemilukada tentu berbeda dengan pemilihan –pemilihan lembaga.
Menarik untuk membandingkan pemilukada dengan pemilu capres dan cawapres.
Demokrasi
untuk memilih pemimpin secara politik tentu dilaksanakan secara politik juga
yang memiliki cost politik dan konsekuensi politik, berbeda dengan pemilihan
memilih pemimpin di dunia kampus tentu jauh dari ranah politik, tetapi di
laksanakan secara akademis, sehingga konsekuensinya tentu tidak berbau politik.
Selain
itu masalah politik diindonesia saat ini memang sangat buruk. Keterpurukan itu
disebabkan karena politisi dinegara ini yang terlibat kasus korupsi. Merak
lebih mementingkan keinginan pribadi di banding dengan masyarakat sendiri yang
secara tidak langsung mereka telah melupaka tugasnya sebagai pejuang rakyat.
Selain itu banyaknya parpol-parpol yang memilih selebritis sebagai anggota
partainya. Dengan tujuan agar lebih banyak yang memilihnya karena kepopulerannya.
Namun bukan itu yang di butuhkan akan tetapi kinerja yang optimal yang dapat
membangun politik indonesia menjadi sangat baik. Dan alangkah lebih baiknya
jika parpol memilih yang lebh baik yang berjalan sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
Sistem
pemilu di indonesia memang sangat memprihatinkan, setiap kali akan diadakan
pemilu para kandidat hanya mengandalkan uang agar dia dapat di pilih oleh
rakyat. Hal yang seperti inilah sebenarnya harus di hindari. Sogok menyogok,
yang menjadi andalan mereka. Politik dengan menggunakan pendekatan uang juga
dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih
mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya.
Memang politik uang membuat semua mempengaruhi turst, sehingga akan sulit
mewujudkan politik yang bersih dari noda-noda para calon-calon itu sendiri.
D.
Kesimpulan/rekomendasi
Berbicara
tentang demokrasi berarti pemeritahan dari rakyat dan untuk rakya, dengan
adanya pesta demokrasi berarti melakukan pemilihan presiden maka dari itu
jadilah pemilih yang cerdas dalam penentuan nasib bangsa yg lebih baik di
banding sebelumnya tanpa ada interpensi dari pihak manapun dan harus percaya
diri bahwa kalau buka kita sebagai generasi muda yg merubah tatanan
pemerintahan siapa lagi. Jadi bagai mana
supaya efektif, jujur, dan beribawa,
tegas dalam mengambil suatu keputusan yg memang seharusny jangan karna ada
sogokan sehingga yang salah di benarka sedangkan yang benar di salahkan dan
bagusnya yang menjadi pemimpin di indonesia yang pro terhadap rakyak,siap
membela rakyat apa pun itu, konsisten, dalam menjalangkan tugas , disiplin
ilmunya terutama agama islamya tidak diragukan keberadaannya, mempunyai latar
belakang yang cemerlang bukan abal abalan.
Sistem
demokrasi indonesia harus ditegakkan dengan bebas tanpa ada sekat-sekat yg
orgen untuk dijadikn polemik hingga terjadi perpecahan antara sesama rakyat
indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar